BULUNGAN – Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) mencatatkan deflasi pada Januari 2025 dengan angka -0,12 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya (year on year).
Meskipun demikian, inflasi tahunan bervariasi di tiap kabupaten, dengan Kabupaten Nunukan mencatatkan inflasi tertinggi sebesar 0,22 persen, sementara Tanjung Selor mengalami deflasi paling dalam yakni -0,93 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltara, Mas’ud Rifai, menjelaskan bahwa meskipun secara keseluruhan Kaltara mencatatkan deflasi, kenaikan harga sejumlah komoditas menyebabkan adanya fluktuasi pada indeks harga konsumen.
“Inflasi tahun ke tahun di Kaltara terjadi akibat adanya kenaikan harga di beberapa kelompok pengeluaran, seperti makanan, minuman, tembakau, pakaian, serta transportasi. Kenaikan ini berkontribusi pada penghitungan inflasi yang terjadi di beberapa wilayah,” jelas Mas’ud saat dihubungi pada Senin (03/02/2025).
Lebih lanjut, Mas’ud memaparkan bahwa terdapat beberapa kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks harga pada Januari 2025, di antaranya kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang meningkat sebesar 2,78 persen, serta kelompok pakaian dan alas kaki yang naik sebesar 4,66 persen.
Kelompok perlengkapan rumah tangga dan kesehatan juga tercatat mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,23 persen dan 1,63 persen.
Adapun kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran mengalami kenaikan signifikan sebesar 2,77 persen, sedangkan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mencatatkan angka inflasi tertinggi sebesar 5,79 persen.
Sementara itu, deflasi terbesar di Kaltara tercatat pada kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga yang mengalami penurunan sebesar 12,03 persen.
Beberapa kelompok lain yang mengalami penurunan harga antara lain kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan deflasi 0,04 persen, serta kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya yang turun sebesar 0,19 persen.
BPS juga mencatatkan sepuluh komoditas yang paling berperan dalam memberikan kontribusi inflasi tahunan. Beberapa komoditas tersebut antara lain emas perhiasan, beras, kopi bubuk, sigaret kretek mesin, nasi dengan lauk, telur ayam ras, serta minyak goreng.
Sebaliknya, untuk deflasi, komoditas yang mendominasi antara lain tarif listrik, tomat, tempe, tahu mentah, air kemasan, angkutan udara, serta daging ayam ras.
Kondisi ini menjadi catatan penting bagi pemangku kebijakan, untuk memonitor pergerakan harga dan memastikan stabilitas harga kebutuhan pokok agar tidak berdampak besar terhadap daya beli masyarakat.
Diharapkan, kebijakan yang ada dapat membantu menanggulangi ketidakseimbangan harga yang dapat mempengaruhi inflasi ke depannya. []
Redaksi03